Haji Cermin Muslimin Dunia

Haji Cermin Muslimin Dunia Jangan salah, tulisan di atas bukan kutipan kisah silat Khoo Ping Ho. Bukan juga cerita tentang jurus kunyuk melempar buah.
Haji Cermin Muslimin Dunia

“Hiyaaa…. buk..plak..dug…ngok..!!!”

Haji Cermin Muslimin Dunia Jangan salah, tulisan di atas bukan kutipan kisah silat Khoo Ping Ho. Bukan juga cerita tentang jurus kunyuk melempar buah. Namun sebenarnya itu adalah sepenggal kisah tentang pelaksanaan ibadah haji yang dialami oleh salah seorang rekan sejawat simbah yang berhaji beberapa tahun yang lalu.

Ha kok ada adegan kampleng-kamplengan itu pas njalani ritual apa tho? Trus kok ada “ngok” nya, kayak adegan saru aja…. Tunggu dulu! Itu adalah sepotong adegan di depan Hajar Aswad, dimana seorang jamaah tinggi besar, gothot dan methekol sedang berkompetisi hendak mencium Hajar Aswad. 

Untuk bisa menciumnya dia harus mengalahkan pesaingnya. Kontan saja sikat kanan, jotos kiri, lalu ...ngok… berhasillah tokoh kita mencium Hajar Aswad dengan penuh kemenangan, setelah menjungkalkan jamaah lain yang lebih kerempeng perawakannya atau lebih gothot (maksud dari gothot  yang iniadalah igone mencothot, alias bengkring alias kurus akut). Jangan harap Jamaah asal Indonesia bisa menang kompetisi ini.

Dan itu adalah benar-benar terjadi di depan Ka’bah rumah Allah. Satu pertunjukan yang memprihatinkan, dimana untuk bisa menjalani satu sunnah, seseorang perlu mendholimi saudaranya muslim.

Adegan lain yang tak kalah memilukan adalah manakala jamaah melempar jumrah. Di dalam adegan ini bukan hanya adegan kampleng-kamplengan yang dipertontonkan, namun bahkan lebih parah. Berpuluh bahkan beratus korban telah melayang jiwanya karena egoisme para jamaah yang akhirnya tega menginjak-injak jamaah lain sampai mati. Apa yang dicari? Ingin melempari setan atau berlomba jadi setan?

Carut-marut jalannya ibadah haji ini tidak hanya itu saja. Jamaah haji Indonesia lebih parah lagi. Dari sejak miqot (takbirotul ihromnya haji) sudah pating blengkrah. Dimana mulai miqot dan bagaimana caranya miqot ditetapkan dengan asal sah saja. 

Begitu mendarat di Saudi, tukang jual kambing sudah datang menyambut menawarkan sembelihan yang seharusnya disembelih saat hari nahr, tapi jamaah yang gak paham ritual haji diglembuki bahwa kalo nyembelih lebih awal juga sah, dan harganya lebih murah selisih sekian puluh reyal.

Sebagaimana diketahui, bahwa penentu haji yang membedakan dengan umrah adalah wukuf. Sayangnya banyak jamaah yang tak paham, dimana di hari saat wukuf banyak yang tak berada di Arofah sampai waktu wukuf habis. Tentu saja masih ada penghibur yang mencoba mengesahkan haji mereka.

Apakah lelucon haji di atas masih berlaku hingga sekarang, Wallohu a’lam. Simbah menceritakan perihal di atas hanya berdasar laporan selayang pandang dari rekan sejawat yang kebetulan diberi kesempatan menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut. Yang jelas jamaah Haji Indonesia adalah jamaah yang barang belanjaan alias oleh-olehnya termasuk besar. 

Tiap jamaah sudah terbayang, mau mbagi apa buat bukti dan penanda bahwa dia sudah sampai ke Mekkah, sudah muteri Ka’bah 7 kali dan sudah mbandemi setan di saat melempar jumrah.

Bagi Jamaah ONH biasa, mereka masih harus nunggu jatah pemulangan. Sedangkan bagi jamaah “ONH ples”, maka mereka bisa langsung memanfaatkan “ples” nya dengan plesir. Sehingga selesai ziarah ke Rumah Allah, mereka bisa melanjutkan ziarah ke rumah belanja di Singapur, atau rumah mewah di Tiongkok, atau rumah langka di Mesir.

Sesampai di tanah air, tak peduli apakah sudah wukuf atau belum, sah atau tidak hajinya, yang penting semuanya harus manggil dengan sebutan pak haji dan bu hajjah. Kastanya jadi naik, dan titelnya pun bertambah. Lantas dengan hikmatnya menceritakan bagaimana khusyuknya dia beribadah di Mekkah, bagaimana takjubnya melihat fenomena ibadah massal di tanah suci tersebut. 

Padahal bagi mata yang paham, pertunjukan tahunan di Tanah Suci itu memprihatinkan. Bagaimana berjuta kepala yang hadir di sana, ternyata membawa berjuta niat dan kepentingan. Dimana dulu hanya satu niat saja yang dihadapkan di Rumah Allah tersebut, yakni mencari Ridho-Nya.

Jotos-jotosan, saling injak, dan saling sikut  antar sesama jamaah haji adalah gambaran bahwa kepedulian kepada sesama muslim sudah pudar. Muslim satu dengan yang lain adalah haram darah, harta dan kehormatannya. 

Tapi di depan Ka’bah kehormatan muslim justru diinjak-injak oleh sesama muslim. Padahal Nabi sudah berpesan, bahwa kehormatan muslim itu lebih tinggi daripada kehormatan Ka’bah itu sendiri.

Semoga Allah tetap berbelas kasih pada Muslimin. Dan semoga ada perbaikan tiap tahunnya. Amiin...
LihatTutupKomentar