Kebanjiran
Ringkes cerita, simbah kebanjiran. Dari jum’at minggu lalu sampai senin ngungsi. Mati lampu PLN 5 hari. Sama sekali gak bisa ngapa-ngapain.
Kebanjiran - Ringkes cerita, simbah kebanjiran. Dari jum’at minggu lalu sampai senin ngungsi. Mati lampu PLN 5 hari. Sama sekali gak bisa ngapa-ngapain. Komplek jadi gelap gulita. Ngecas HP ndandak nonggo ke kampung tetangga sebelah. Wis, pokoke lebih enak kalo tidak banjir.
Banyak hal yang tak terpikir saat banjir tiba, padahal berulangkali ngliat korban banjir di tipi. Salah satunya adalah bab perngisingan alias beol. Ternyata kalo banjir, urusan yang satu ini menjadi pekerjaan berat. Lha toilet mbludag, mau nebeng nengkreng ke tetangga malu. Akhirnya dipakailah sistem 3B, yakni Beol, Bungkus dan Buang. Sebenarnya 4B, tapi B satunya lagi buat yang nemu bungkusannya itu… Bau…
Kesulitan lain manakala air masup rumah adalah aturan PLN, dimana listrik harus dimatikan. Maka gak ada kipas angin, tipi, kulkas, rais kuker, dan juga tentunya setrika. Cucian pating jekutrut. Ada saran mbambung dari seorang konco, jika gak ada setrika. Cucian dibesutke lingiran cagak…. dijamin klimis.
Yang jelas efek mati listrik cukup dahsyat. Suasana seperti kembali ke jaman simbah masih kecil. Gelap, sepi, gak ada hiburan, nglangut. Gak bisa nyalain PC, gak bisa online dan gak bisa update Pitutur. Namun alhamdulillah, sejak malam Rebo kemarin listrik mulai nyala. Setelah beres-beres berbenah ngepel lantai yang terendam air, simbah ngurus sang PC yang ndongkrok.
Ternyata meski listrik dah nyala, sang PC gak mau nyala. Simbah bawa ke dukun PC. Simbah kira karena kena air, ternyata bukan. Rupanya debu di CPU sudah terlalu tebal. Setelah disembar-sembur prosesornya sama mbah dukun PC buat ngempusi debunya, maka berhasillah simbah online lagi.
Banjir tahun ini memang parah. Tapi sebenarnya banjir itu kan bukti bahwa alam semesta ini tunduk kepada hukum-Nya. Termasuk air tentunya. Dengan segala sifat fisis air dan tabiat yang dimilikinya, maka wajar jika Jakarta kebanjiran. kecuali air diberi sifat mbalelo sama Gusti Allah. Harusnya mengalir ke bawah, malah mendaki gunung, ya gak jadi banjir.
Untuk tahun depan, simbah gak tahu banjir lagi apa tidak. Sebenarnya manusia bisa menentukan pilihan mau banjir apa tidak tahun depan ini. Kelihatannya industrialisasi berbasis kapitalis dan kendablegan menungso lebih memilih untuk tetap banjir. Dan siklus lima tahunan banjir bandang akan segera berganti dengan siklus tahunan.
Jika tahun kemarin tiap hujan deres tidurnya huenak tenan, mulai saat ini hujan deras saat malam adalah saat lek-lekan… menunggu dengan was-was jangan-jangan banjir bandang datang menjelang. Dan satu rasa aman tercabut lagi. Naudzubillah…..