Belajar Saja Tidak Cukup
Belajar Saja Tidak Cukup - Saya baru tersadar betapa tidak pedulinya para pelajar saat ini terhadap dunia pendidikan.
Mengacu pada pelajar. Sebenarnya, ada keuntungan yang masih sedikit implisit dimata masyarakat dengan status pelajar. Status pelajar lebih memiliki banyak peluang untuk membangun diri dengan menyerap banyak wawasan (dipandang lebih lazim).
Permasalahannya, apakah para pelajar memilih mendapatkan atau tidak?
Kembali pada label ketidakpedulian yang terlanjur dimiliki banyak pelajar. Maka ketidakpedulian itu menimbulkan ketidaktahuan, tentunya karena orang yang tidak peduli memang tidak mau tahu apa-apa. Sebaliknya, ketidaktahuan juga membuat orang tidak peduli. Jadi seperti lingkaran setan.
Because that, what i'm trying to say is: everybody must have the responbility for ourself. Tanggungjawab memang cukup identik dengan hal-hal besar yang dikerjakan. Selain itu biasanya juga rumit dan sulit.
Because that, what i'm trying to say is: everybody must have the responbility for ourself. Tanggungjawab memang cukup identik dengan hal-hal besar yang dikerjakan. Selain itu biasanya juga rumit dan sulit.
Contohnya adalah pelajar yang menjadi bagian dari Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
Anggota OSIS dituntut untuk memiliki tanggungjawab yang besar pada pelajaran sekolah dan program OSIS yang harus diwujudkan. Namun jika dikaji ulang, tangggungjawab juga diperlukan pada hal-hal yang sederhana.
Mereka yang punya segudang aktivitas sesungguhnya hanya menggunakan kepiawaian mengatur waktu. Dan tanggungjawab sejatinya telah terpatri dalam kehidupan mereka. Karena hal-hal kecil telah mampu ditangani dengan baik, mereka berani merambah pada berbagai kegiatan lain diantara padatnya kegiatan utama sebagai pelajar.
Mereka yang punya segudang aktivitas sesungguhnya hanya menggunakan kepiawaian mengatur waktu. Dan tanggungjawab sejatinya telah terpatri dalam kehidupan mereka. Karena hal-hal kecil telah mampu ditangani dengan baik, mereka berani merambah pada berbagai kegiatan lain diantara padatnya kegiatan utama sebagai pelajar.
Rasa tanggungjawab juga tidak dapat terasumsi dengan terbebani suatu pekerjaan atau tugas. Dengan demikian, tanggungjawab tidak hanya berlaku pada hal-hal yang disenangi saja tetapi juga yang tidak menyenangkan bagi kita.
Menciptakan rasa antusias di dalam diri sendiri akan menghadirkan semangat yang menakjubkan. Bagaimana tidak, sebanyak apapun hal yang dilakukan, rasa lelah dan jenuh tidak akan singgah. Dan kesulitan apapun yang menghadang akan dapat diterjang.
Menciptakan rasa antusias di dalam diri sendiri akan menghadirkan semangat yang menakjubkan. Bagaimana tidak, sebanyak apapun hal yang dilakukan, rasa lelah dan jenuh tidak akan singgah. Dan kesulitan apapun yang menghadang akan dapat diterjang.
Semuanya dikarenakan antusias yang dimiliki mampu membangkitkan semangat keingintahuan dan semangat untuk menguasai suatu hal. Lebih simpelnya, tanggungjawab itu hanyalah dampak yang nantinya akan diberikan kepada diri kita. Fokus yang perlu diperhatikan hanya pada seberapa tinggi ketertarikan yang ada dalam diri kita.
Bagi seorang pelajar, kesulitan mencerna suatu materi adalah hal yang biasa terjadi.
Tak jarang, meskipun telah berusaha dengan keras, materi tersebut tetap tidak mampu dikuasai. Akibatnya, prestasi jeblok. Hal ini juga dapat dialami oleh pelajar yang langganan juara di sekolah.
Bahkan tak sekedar penurunan namun juga kemelorotan drastis. Jika demikian adanya, banyak diantara mereka yang tidak mampu mengembalikan posisinya. Putus asa dan frustasi terkadang juga melanda sejalan dengan berbagai kerja keras yang tak juga membuahkan hasil.
Lalu bagaimana? Seperti yang telah saya sebutkan diatas, proses itu adalah rutinitas. Dasar dari pemikiran rutinitas yang tepat adalah rajin, bukan kerja keras. Rajin lebih tertuju pada telaten dan tidak menunda-nunda. Untuk menjadi telaten dan tidak menunda-nunda, harus memiliki antusias, sehingga semangat guna memahami materi tidak mudah padam, bahkan dengan banyaknya halangan sekalipun.
Sedangkan kerja keras seolah membawa suasana yang berat. Banyak hal yang harus segera diselesaikan. Tidak ada lagi waktu untuk bersantai-santai. Harus mencurahkan segenap pemikiran dan tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal. Kondisi yang demikian cenderung menimbulkan tekanan pada otak dan perasaan serta hidup yang tidak seimbang.
Rajin bukanlah tidak serius. Do it seriously too, but industrious can make enjoy every minutes you have. Proses bukan lagi suatu yang membosankan. Alhasil, tidak hanya pendidikan bangku sekolah saja yang mampu diperoleh. Merekrut jutaan pengalamam orang lain, pengetahuan dan wawasan dari dunia sekitar menjadi hal yang sangat mengasyikkan.
You don't have to be the same. You don't have to be similiar to other people. Just be yourself and do whatever you believe.
Lalu bagaimana? Seperti yang telah saya sebutkan diatas, proses itu adalah rutinitas. Dasar dari pemikiran rutinitas yang tepat adalah rajin, bukan kerja keras. Rajin lebih tertuju pada telaten dan tidak menunda-nunda. Untuk menjadi telaten dan tidak menunda-nunda, harus memiliki antusias, sehingga semangat guna memahami materi tidak mudah padam, bahkan dengan banyaknya halangan sekalipun.
Sedangkan kerja keras seolah membawa suasana yang berat. Banyak hal yang harus segera diselesaikan. Tidak ada lagi waktu untuk bersantai-santai. Harus mencurahkan segenap pemikiran dan tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal. Kondisi yang demikian cenderung menimbulkan tekanan pada otak dan perasaan serta hidup yang tidak seimbang.
Rajin bukanlah tidak serius. Do it seriously too, but industrious can make enjoy every minutes you have. Proses bukan lagi suatu yang membosankan. Alhasil, tidak hanya pendidikan bangku sekolah saja yang mampu diperoleh. Merekrut jutaan pengalamam orang lain, pengetahuan dan wawasan dari dunia sekitar menjadi hal yang sangat mengasyikkan.
You don't have to be the same. You don't have to be similiar to other people. Just be yourself and do whatever you believe.