Hak Guru vs Hak Siswa
Itulah yang pengumuman yang tentu saja membuat pro kontra di kalangan guru karena merasa hari liburnya disunat satu hari.
Hak Guru vs Hak Siswa - Bu Kasek mengeluarkan kebijakan baru yang diumumkan sebelum libur lebaran. Sehari sebelum masuk sesuai kalender pendidikan, selain siswa diwajibkan hadir di sekolah untuk berhalal bihalal. Itulah yang pengumuman yang tentu saja membuat pro kontra di kalangan guru karena merasa hari liburnya disunat satu hari.
Beberapa guru yang tergolong berani, menanyakan atau lebih tepatnya protes dengan kebijakan ini. Bagi para guru yang kontra dengan kebijakan baru ini, libur adalah salah satu hak guru yang harus didapat. Dengan kesibukan yang sangat padat, wajar jika guru mendapat hak libur. Terlebih libur lebaran diatur dalam kalender pendidikan. Dengan kata lain, libur selama dua minggu ini merupakan kebijakan resmi dari ’atas’.
”Lha ini kok Bu Kasek macam-macam buat kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan resmi dari ’atas’. Ini kan berarti mengambil hak para guru yang ingin mengistirahatkan otak, psikis, serta tubuh yang lelah,” begitu kira-kira gerundelan para guru yang kontra.
Mister Bond memang tidak mengikuti dialog antara Bu Kasek dengan para guru yang kontra kebijakan baru ini. Namun seperti biasa, hasil dialog tersebut menjadi perbincangan di kantin. Tentu saja tidak memakai suguhan karena saat itu masih Ramadan. Padahal Mr Bond siap membuatkan minuman untuk guru yang tidak puasa meskipun kantinnya secara resmi tutup.
Intinya, para guru tersebut tidak puas dengan kebijakan baru tersebut. Namun untuk tidak mematuhi kebijakan Bu Kasek juga bukan sikap bijak, karena Bu Kasek pasti menyimpan maksud tertentu di balik kebijakan ini. Sebagai pemimpin, Bu Kasek tentu tidak serta merta mengeluarkan kebijakan tidak populer yang pasti akan mendapat tanggapan negatif.
Karena tidak diajak bicara, maka Mr Bond saat itu hanya menjadi pendengar pasif dengan duduk agak jauh. Pria paruh baya itu sadar posisinya sebagai tukang kebun yang pasti tidak akan bisa mempengaruhi untuk mengubah kebijakan Bu Kasek. Namun Mr Bond bisa merasakan ketidakpuasan para guru yang merasa hak liburnya diambil secara sepihak oleh Bu Kasek, namun tidak berani untuk melanggar kebijakan tersebut.
Terbukti, ketika satu hari sebelum kegiatan belajar mengajar, semua guru dan karyawan datang ke sekolah. Ketika Mr Bond mencoba mencari guru atau karyawan yang tidak hadir, tidak menemukan seorang pun. Padahal Bu Kasek tidak mengancam memberi sanksi kepada siapapun yang tidak hadir. Tampaknya mereka segan dengan Bu Kasek yang memiliki kepribadian kuat dan sangat memerhatikan guru dan karyawan ini.
Kali pertama yang dikatakan Bu Kasek dalam sambutannya, tak lain adalah permohonan maaf lahir batin. Bukan saja karena sedang ber-Idul Fitri, namun juga Bu Kasek merasa mengambil hak libur guru dan karyawan sekolah. Poin kedua adalah ucapan terima kasih atas kehadiran mereka walau mungkin sebagian datang karena terpaksa.
Poin ketiga, inilah yang tampaknya ditunggu-tunggu karena Bu Kasek membeberkan alasan ’memaksa’ masuk para guru dan karyawan. ”Saya paham bahwa kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu pada hari ini merapas hak libur. Namun mari kita renungkan sejenak, apa yang terjadi besok pagi sampai bubaran sekolah?” kata Bu Kasek yang sengaja menggantungkan kalimatnya.
Tak ada yang menjawab karena memang kalimat Bu Kasek tersebut tidak untuk mereka jawab. Mereka justru menunggu jawaban dari Bu Kasek sendiri yang pasti akan menjelaskan di balik kebijakan ini.
”Seperti tahun-tahun lalu, pada hari pertama kegiatan belajar setelah libur lebaran, kita isi dengan berhalal bihalal. Kita bersalaman dengan sesama guru yang jumlahnya ratusan, serta ribuan siswa. Kemudian kita lanjutkan dengan makan bersama sebagai rasa syukur bahwa kita masih diberi kesempatan melalui Ramadan. Tak ada sama sekali kegiatan belajar mengajar, meski di kalender pendidikan merupakan kegiatan belajar mengajar.”
Para guru dan karyawan sekolah masih diam. Namun tak lama kemudian mereka paham di balik kebijakan kontroversi tersebut ketika Bu Kasek mengatakan, ”Dengan kegiatan halal bihalal itu berarti kita merampas hak siswa yang ingin menuntut ilmu di sekolah ini. Hak orangtua siswa yang ingin anaknya pandai setelah mereka mengeluarkan biaya pendidikan. Sementara itu, kewajiban kita sebagai pendidik justru terabaikan dan terbuai dengan seremonial yang seharusnya bisa kita lakukan di luar kegiatan belajar mengajar.”
”Meski hanya sehari dan mungkin ada yang mengatakan, ”Ah, siswa tidak akan bodoh atau tertinggal pelajaran karena cuma sehari tidak belajar”, tetap sebuah kesalahan buat kita karena meninggalkan kewajiban sebagai pendidik. Karena itu, bagi saya lebih baik kita kurangi hak kita dan lebih mengedepankan kewajiban. Saya yakin semua guru yang concern terhadap pendidikan pasti setuju dengan pendapat ini.”
Tetap tidak ada komentar apalagi membantah pernyataan Bu Kasek karena mereka tidak ingin dicap sebagai guru yang tidak concern terhadap pendidikan.
”Lha ini kok Bu Kasek macam-macam buat kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan resmi dari ’atas’. Ini kan berarti mengambil hak para guru yang ingin mengistirahatkan otak, psikis, serta tubuh yang lelah,” begitu kira-kira gerundelan para guru yang kontra.
Mister Bond memang tidak mengikuti dialog antara Bu Kasek dengan para guru yang kontra kebijakan baru ini. Namun seperti biasa, hasil dialog tersebut menjadi perbincangan di kantin. Tentu saja tidak memakai suguhan karena saat itu masih Ramadan. Padahal Mr Bond siap membuatkan minuman untuk guru yang tidak puasa meskipun kantinnya secara resmi tutup.
Intinya, para guru tersebut tidak puas dengan kebijakan baru tersebut. Namun untuk tidak mematuhi kebijakan Bu Kasek juga bukan sikap bijak, karena Bu Kasek pasti menyimpan maksud tertentu di balik kebijakan ini. Sebagai pemimpin, Bu Kasek tentu tidak serta merta mengeluarkan kebijakan tidak populer yang pasti akan mendapat tanggapan negatif.
Karena tidak diajak bicara, maka Mr Bond saat itu hanya menjadi pendengar pasif dengan duduk agak jauh. Pria paruh baya itu sadar posisinya sebagai tukang kebun yang pasti tidak akan bisa mempengaruhi untuk mengubah kebijakan Bu Kasek. Namun Mr Bond bisa merasakan ketidakpuasan para guru yang merasa hak liburnya diambil secara sepihak oleh Bu Kasek, namun tidak berani untuk melanggar kebijakan tersebut.
Terbukti, ketika satu hari sebelum kegiatan belajar mengajar, semua guru dan karyawan datang ke sekolah. Ketika Mr Bond mencoba mencari guru atau karyawan yang tidak hadir, tidak menemukan seorang pun. Padahal Bu Kasek tidak mengancam memberi sanksi kepada siapapun yang tidak hadir. Tampaknya mereka segan dengan Bu Kasek yang memiliki kepribadian kuat dan sangat memerhatikan guru dan karyawan ini.
Kali pertama yang dikatakan Bu Kasek dalam sambutannya, tak lain adalah permohonan maaf lahir batin. Bukan saja karena sedang ber-Idul Fitri, namun juga Bu Kasek merasa mengambil hak libur guru dan karyawan sekolah. Poin kedua adalah ucapan terima kasih atas kehadiran mereka walau mungkin sebagian datang karena terpaksa.
Poin ketiga, inilah yang tampaknya ditunggu-tunggu karena Bu Kasek membeberkan alasan ’memaksa’ masuk para guru dan karyawan. ”Saya paham bahwa kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu pada hari ini merapas hak libur. Namun mari kita renungkan sejenak, apa yang terjadi besok pagi sampai bubaran sekolah?” kata Bu Kasek yang sengaja menggantungkan kalimatnya.
Tak ada yang menjawab karena memang kalimat Bu Kasek tersebut tidak untuk mereka jawab. Mereka justru menunggu jawaban dari Bu Kasek sendiri yang pasti akan menjelaskan di balik kebijakan ini.
”Seperti tahun-tahun lalu, pada hari pertama kegiatan belajar setelah libur lebaran, kita isi dengan berhalal bihalal. Kita bersalaman dengan sesama guru yang jumlahnya ratusan, serta ribuan siswa. Kemudian kita lanjutkan dengan makan bersama sebagai rasa syukur bahwa kita masih diberi kesempatan melalui Ramadan. Tak ada sama sekali kegiatan belajar mengajar, meski di kalender pendidikan merupakan kegiatan belajar mengajar.”
Para guru dan karyawan sekolah masih diam. Namun tak lama kemudian mereka paham di balik kebijakan kontroversi tersebut ketika Bu Kasek mengatakan, ”Dengan kegiatan halal bihalal itu berarti kita merampas hak siswa yang ingin menuntut ilmu di sekolah ini. Hak orangtua siswa yang ingin anaknya pandai setelah mereka mengeluarkan biaya pendidikan. Sementara itu, kewajiban kita sebagai pendidik justru terabaikan dan terbuai dengan seremonial yang seharusnya bisa kita lakukan di luar kegiatan belajar mengajar.”
”Meski hanya sehari dan mungkin ada yang mengatakan, ”Ah, siswa tidak akan bodoh atau tertinggal pelajaran karena cuma sehari tidak belajar”, tetap sebuah kesalahan buat kita karena meninggalkan kewajiban sebagai pendidik. Karena itu, bagi saya lebih baik kita kurangi hak kita dan lebih mengedepankan kewajiban. Saya yakin semua guru yang concern terhadap pendidikan pasti setuju dengan pendapat ini.”
Tetap tidak ada komentar apalagi membantah pernyataan Bu Kasek karena mereka tidak ingin dicap sebagai guru yang tidak concern terhadap pendidikan.