Menyoal Tayangan Televisi
Menyoal Tayangan Televisi - Paul Johnson menyebut ada tujuh dosa besar akibat kebebasan tayangan (televisi/TV), yaitu distorsi informasi, dramatisasi
Menyoal Tayangan Televisi |
TV memang media yang paling mudah, hemat, dan terjangkau bagi siapapun, di manapun, dan kapanpun. Tak ayal masyarakat kita lebih memilih TV, meski sebagian besar tayangannya murahan. Sebenarnya banyak orang tua yang geram terhadap siaran TV yang makin lama makin jauh dari nilai edukasi. Pasalnya tayangan TV yang disajikan bisa mematikan kreativitas dan meracuni anak.
Terkait dengan itu, KPI Pusat menganalisa 75 judul tayangan dan mengevaluasi hingga 198 tayangan dari sembilan stasiun TV. Hasilnya ditetapkan enam stasiun TV bermasalah, diantaranya Cinta Bunga (SCTV), Dangdut Mania Dadakan 2 (TPI), Extravaganza (TransTV), Jelita (RCTI), Mask Rider Blade (ANTV), Mister Bego (ANTV), Namaku Mentari (RCTI), Rubiah (TPI), Si Entong (TPI), dan Super Seleb Show (Indosiar).
KPI beralasan, tayangan yang bermasalah tersebut tidak sesuai dengan norma kesopaan serta kesusilaan, serta kental dengan unsur kekerasan dan penganiayaan. Baik secara fisik, sosial, maupun psikis, yang berbentuk verbal maupun nonverbal). Tentu upaya KPI tersebut perlu kita apresiasi dan kita dukung demi menyelamatkan generasi bangsa meski sebenarnya masih banyak tayangan TV yang sepatutnya juga harus dikasus.
Tugas Bersama
Kemudian di rumahpun semestinya orang tua jangan memberi porsi yang bebas pada anak-anaknya dalam menonton TV, lebih-lebih memberi contoh kebiasaan menonton acara yang tidak bermutu. Harus jujur diakui, demi hiburan banyak orang tua mengajari anaknya melihat tayangan TV yang tak mendidik.
Kita sepakat, manakala sebuah lembaga sudah tak mampu lagi membendung merebaknya tayangan TV yang tidak bermutu, maka diri sendirilah yang harus berusaha mencegahnya dengan hati, pikiran dan tangan agar orang-orang yang kita cintai terhindar dari racun film yang bisa membunuh budaya bangsa.
Baca juga: Sehari Tanpa TV Hidup Anak Lebih Berarti
Hindari Tayangan “Sinetron”
Tentu tak berlebihan jika orang mengatakan tayangan sinetron Indonesia adalah sampah. Berbagai tayangan cenderung menonjolkan aspek luarnya saja. Misalnya cantik, seksi, ganteng, dan seterusnya. Tanpa memperlihatkan hal yang lebih urgent, misalnya kearifan, kebersahajaan, keteladanan dan lain sebagainya.
Ceritanya yang sangat dangkal, mudah ditebak, dan sama sekali tak sedikitpun mengandung unsur edukasi, bahkan jauh dari norma kesopanan dan moralitas.Cipika cipiki, berpelukan, bahkan adegan yang nyerempet dengan “seks” tidak menjadi hal yang tabuh lagi. Terlebih lagi di jam yang strategis.
Nampaknya bangsa kita sudah teracuni oleh tayangan sinetron yang makin lama makin melunturkan karekter bangsa kita yang sesungguhnya. Masalah skeptis bahasa yang digunakan (elo, gue) yang makin lama merusak tatanan manakala hal itu tidak dibendung mulai dari sekarang.
Jika kita tengok ke belakang, sebenarnya banyak tayangan TV atau sinetron yang bagus dan mengandung banyak niali (value) positif. Baik nilai pendidikan, etika, hingga religius. Misalnya, Keluarga Cemara, Si Doel Anak Sekolah, atau Kiamat Sudah Dekat, yang kita tahu banyak mendapat apresiasi dari pihak manapun termasuk petinggi Negara.
Sinetron sekarang hanya bisa mempertontonkan luarnya saja, namun dalamnya nihil. Maka dari itu, menyelamatkan generasi bangsa perlu dimulai dari sekarang. Yakni dengan menjauhkan anak kita dari tayangan sinetron yang tak mendidik, serta jauh dari nilai budaya bangsa kita. Jangan biarkan generasi kita dirusak oleh sinetron yang tak bisa dibuat rujukan (teladan) bagi generasi penerus.