Sungai Bengawan Solo Riwayatmu Dulu
Sungai Bengawan Solo pernah populer di masa pendudukan Jepang, ketika tercipta lagu berjudul “Bengawan Solo” diciptakan oleh seniman keroncong Gesang.
Sejarah Sungai Bengawan Solo
Sungai Bengawan Solo juga selalu populer di saat musim penghujan, karena selalu mendatangkan banjir yang menggenangi persawahan dan permukiman di sepanjang aliran sungai tersebut, teutama di bagian hilir.
Bahkan seratus tahun yang lalu, ternyata sungai terpanjang di Pulau Jawa itu juga pernah dikisahkan dalam sebuah buku berjudul “Tjariosipoen Benawi Sala”. Buku itu ditulis dalam aksara Jawa dan diceritakan dalam bahasa Jawa.
Bahkan seratus tahun yang lalu, ternyata sungai terpanjang di Pulau Jawa itu juga pernah dikisahkan dalam sebuah buku berjudul “Tjariosipoen Benawi Sala”. Buku itu ditulis dalam aksara Jawa dan diceritakan dalam bahasa Jawa.
Pengarangnya adalah Raden Adipati Arya (RAA) Reksakusuma, Bupati Bojonegoro (sekarang masuk wilayah Jawa Timur). Buku dicetak di Batavia (sekarang: Jakarta) pada tahun 1916 oleh percetakan NV Uitgevers Mij Papyrus HM van Dorp & Co.
Dalam buku tersebut tertulis, bahwa buku ini boleh disalin, diterbitkan atau dikarang ulang (tertulis: serat menika inggih kenging katurun, kaecap utawi kaanggit malih), asalkan mendapat izin dari Commissie voor de Volkslectuur atau dewan yang berwewenang kala itu. Karya ini dilindungi oleh Undang-Undang Tahun 1912 tentang Karangan atau Tulisan (tertulis: wewenangipun ingkang nganggit serat punika kaayoman dening angger taun 1912 bab karang-karangan).
Buku ini setebal 54 halaman termasuk halaman judul. Isi buku cukup unik, yaitu mengisahkan tentang aliran Sungai Bengawan Solo dari hulu ke hilir, manfaat, bahaya, serta kisah-kisah mitos di sepanjang aliran, terutama di daerah Bojonegoro, Jawa Timur.
Dalam buku tersebut tertulis, bahwa buku ini boleh disalin, diterbitkan atau dikarang ulang (tertulis: serat menika inggih kenging katurun, kaecap utawi kaanggit malih), asalkan mendapat izin dari Commissie voor de Volkslectuur atau dewan yang berwewenang kala itu. Karya ini dilindungi oleh Undang-Undang Tahun 1912 tentang Karangan atau Tulisan (tertulis: wewenangipun ingkang nganggit serat punika kaayoman dening angger taun 1912 bab karang-karangan).
Buku ini setebal 54 halaman termasuk halaman judul. Isi buku cukup unik, yaitu mengisahkan tentang aliran Sungai Bengawan Solo dari hulu ke hilir, manfaat, bahaya, serta kisah-kisah mitos di sepanjang aliran, terutama di daerah Bojonegoro, Jawa Timur.
Dikisahkan bahwa aliran sungai bengawan ini berhulu di daerah Wonogiri dan berhilir di daerah Surabaya Jawa Timur. Sungai bengawan itu melewati beberapa kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta bertemu dengan beberapa sungai lainnya, seperti Sungai Dengkeng, Sungai Kedung Bang, dan Sungai Madiun.
Di sisi lain, dijabarkan bahayanya Sungai Bengawan Solo, antara lain setiap musim penghujan mendatangkan banjir (tertulis: bena). Bahkan hingga sekarang, luberan atau luapan air Sungai Bengawan Solo terus terjadi dan menghantui kawasan pemukiman di sepanjang pinggir Sungai Bengawan Solo, terutama di daerah Solo hingga ke hilirnya.
Anda bisa membaca lengkap buku tersebut di Perpustakaan Rumah Budaya Pitutur , yang mengoleksi banyak buku kuno.
Fungsi dan manfaat sungai bengawan solo
Setelah itu, buku ini mengisahkan fungsi dan manfaat Sungai Bengawan Solo (tertulis: Benawi Sala), antara lain untuk hilir mudik perahu (tertulis: baita lan gethek) perdagangan yang banyak dijumpai di sepanjang wilayah Cepu, Ngawi hingga Bojonegoro.
Bahkan dalam sejarah, sungai bengawan solo ini sering dilalui perahu Kerajaan Kasunanan Surakarta hingga ke Surabaya dan sebaliknya. Di pinggir sungai bengawan solo banyak dijumpai pasar-pasar besar di sepanjang wilayah Bojonegoro hingga wilayah Babad, Sidayu, dan Gresik.
Fungsi dan manfaat lain, yakni pasir pinggir sungai bengawan solo bisa digunakan untuk menguruk halaman rumah agar tidak becek, lumpurnya bagus untuk rabuk, dan juga berkaitan dengan penambangan pasir dan batu kerikil.
Di sisi lain, dijabarkan bahayanya Sungai Bengawan Solo, antara lain setiap musim penghujan mendatangkan banjir (tertulis: bena). Bahkan hingga sekarang, luberan atau luapan air Sungai Bengawan Solo terus terjadi dan menghantui kawasan pemukiman di sepanjang pinggir Sungai Bengawan Solo, terutama di daerah Solo hingga ke hilirnya.
Jadi banjir Sungai Bengawan Solo sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Kemudian diuraikan beberapa tempat di aliran Sungai Bengawan Solo yang rawan dan angker, karena memang kondisi sungai maupun kisah cerita yang berkembang di masyarakat Jawa kala itu.
Kemudian diuraikan beberapa tempat di aliran Sungai Bengawan Solo yang rawan dan angker, karena memang kondisi sungai maupun kisah cerita yang berkembang di masyarakat Jawa kala itu.
Beberapa tempat di sepanjang Sungai Bengawan Solo yang rawan dan angker itu di antaranya adalah wilayah:
- Kerek, Kedung Maya,
- Guwa Sentana,
- Pasar Sore,
- Tinggang,
- Bengawan Getas,
- Kedung Wer Pitu,
- Sobrah Penganten,
- Kedung Waleyan,
- Kedung Srungga,
- Pepundhen Tulung, dan Makam Buyut Kencana.
Kebanyakan wilayah yang rawan dan angker itu di wilayah Bojonegoro. Begitu tulis buku ini.
Batu Gong, Sungai Bengawan Solo di Blora
Satu kisah yang berkaitan dengan rawan dan keangkeran Sungai Bengawan Solo berada di wilayah Bengawan Pasar Sore. Tempat itu berada di sisi utara Dusun Jipang, Panolan, Kabupaten Blora.
Menurut cerita masyarakat setempat, Sungai Bengawan Solo di dekat tempat itu sangat rawan dilalui perahu, karena di dasar sungai banyak terdapat batu besar dan sangat terjal, salah satunya disebut batu Gong.
Kemudian di sekitarnya membentuk cekungan, sehingga rawan dilalui perahu. Menurut kepercayaan setempat, batu itu dulu milik Arya Penangsang, penguasa wilayah Jipang.
Anda bisa membaca lengkap buku tersebut di Perpustakaan Rumah Budaya Pitutur , yang mengoleksi banyak buku kuno.